Perlukah kurikulum pendidikan kita berubah?


Mengapa dunia pendidikan kita sering sekali melakukan perubahan kurikulum? Apakah itu urgen untuk pendidikan kita? padahal kalau kita cermati dengan baik kurikulum dari mulai CBSA, kurikulum berbasis kompetensi (KBK), kurikulum tingkat satuan pendidikan KTSP, Kurikulum 2013 (Kurtilas) dan kurikulum Merdeka belajar, Semuanya itu sebenarnya bermuara sama yaitu untuk mengembangkan kemampuan peserta didik di dalam dunia pendidikan,

Satu hal lain yang menjadi masalah adalah perubahan kurikulum itu identik dengan pergantian menteri di Republik Indonesia atau sebaliknya. ketika menterinya baru, Maka kurikulumnya pun akan ikut baru padahal jika kita cermati lebih jauh misalnya pada tahun 2006 ketika pertama kali saya kuliah dan mendapatkan materi tentang kurikulum pendidikan, pada saat itu yang berkembang adalah kurikulum berbasis kompetensi, kurikulum berbasis kompetensi menuntut semua siswa ketika selesai dari dunia pendidikan memiliki kompetensi yang baik terutama bagi siswa SMK untuk mampu bersaing di dunia kerja kebetulan pada waktu itu yang menjamur berdirinya SMK SMK Sekolah Menengah Kejuruaan orientasinya itu adalah setelah kuliah itu setelah sekolah itu bekerja padahal menurut hemat saya SMK itu bukan jurusan yang Setelah selesai sekolah itu bekerja di perusahaan atau pabrik seperti yang selama ini banyak di lakukan oleh sekolah-sekolah melalui bursa kerja khusus mestinya kurikulum KPK kurikulum berbasis kompetensi itu menghasilkan lulusan dengan kemampuan untuk mampu berwirausaha dan berbisnis kalau kemampuan siswanya dicetak untuk menjadi tenaga buruh atau karyawan itu justru akan membuat nilai pendidikan kita rendah, karena orientasinya adalah kerja dan menjadi buruh bukan menjadi alumni yang mampu menciptakan lapangan pekerjaan.

Tetapi lagi-lagi kurikulum berbasis kompetensi itu juga tidak bertahan lama sampai kemudian lahir istilah kurikulum baru dengan nama kurikulum tingkat satuan pendidikan atau KTSP. KTSP berjalan dengan tujuan dan orientasi macam-macam ini dan itu terus kemudian ketiga menterinya berganti waktu itu adalah Profesor Muhammad Nuh kemudian lahir kurikulum baru bernama kurikulum 2013 dengan alasan penyempurnaan dan lain sebagainya.

latihan demi pelatihan banyak dilakukan di berbagai lembaga pendidikan Kurikulum 2013 2013 berjalan kemudian Muncul lagi ada istilah kurikulum Merdeka pelatihan dengan berbagai macam pelatihan-pelatihan juga yang pada akhirnya itu sama ketika guru itu sudah sampai di sekolah gaya mengajarnya cara mendidiknya itu juga sama dengan kurikur produk kurikulum kurikulum sebelumnya.

Tidak jauh beda kemudian ada istilah guru penggerak dan lain sebagainya atau bisa kita lihat Juga misalnya PPG profesi guru program profesi guru itu mestinya itu PPG itu kan mendidik guru menjadi guru-guru yang profesional tetapi pada kenyataannya orientasi kita itu bukan menjadi guru yang profesional ketika orang mengikuti PPG orientasinya adalah bagaimana supaya kita bisa mendapatkan tunjangan tambahan penghasilan sebagai guru ini jauh sekali dari nilai-nilai mulia.

Dan ini menteri baru berubah lagi ada kurikulum baru ada model pembelajaran baru istilahnya dop learning itu sebenarnya tidak jauh beda dengan apa yang sudah sudah cetuskan oleh menteri-menteri sebelumnya mestinya ketika ada sesuatu yang baik dari kurikulum yang lama dan belum ada yang hal yang urgent yang perlu dikembangkan itu Ya kita tidak perlu merubah atau membuat kurikulum baru yang nanti akhirnya setengah matang atau setengah.

Jadi menurut saya yang terpenting itu sebenarnya bukan perubahan kurikulumnya ini dan itu karena pada intinya ya kurikulum itu ya sama memuat 4 komponen itu ya ada tujuan ada isi kemudian ada evaluasi. Yang terpenting Menurut saya itu adalah bagaimana kita itu bisa merubah mindset guru dan ini rupanya sedang di gembor-gemborkan oleh deep learning, pembelajaran pendekatan Deep learning saya sangat sepakat jika yang dirubah itu bukan kurikulumnya tetapi mindset gurunya, Bagaimana guru itu memiliki pola pikir yang baik untuk mengembangkan dunia pendidikan karena sebagus apapun kurikulumnya sebagus apapun teori yang diterapkan oleh Kemendikbud terkait dengan kurikulum tetapi jika mindset gurunya itu fix fixed atau mindset tetap maka susah untuk berkembang. kita bisa melihat di dunia pendidikan itu tidak semua guru itu memiliki mindset yang tumbuh.

Dalam teori mindset ada dua, ada growh mindset dan ada fixed mindset. grow mindset itu adalah mindset atau pola pikir yang tumbuh di mana pola pikir tumbuh itu salah satunya adalah guru itu mau belajar dan berubah terus mengikuti perkembangan zaman guru tidak puas hanya dengan kemampuan yang ia dapat ketika kuliah saja, tetapi ia akan terus belajar belajar belajar dan belajar. guru yang bermainset tumbuh itu tidak beranggapan bahwa setelah menjadi guru itu Ya sudah itu selesai, atau tidak mengenal istilah zona nyaman, guru yang bermainset tumbuh dia akan selalu berpikir bagaimana mengembangkan dunia pendidikan dengan belajar belajar dan belajar.

Berbeda dengan guru yang memiliki mindset fixed atau mindset tetap fixed guru yang memiliki pola pikir tetap itu lebih cenderung berdiri di zona nyaman merasa nyaman ketiga apa yang ia kehendaki itu sudah tercapai selesai misalnya orientasinya ingin menjadi PPPK atau menjadi PNS maka ketika dia menjadi PNS itu udah dia itu nggak punya orientasi lain, bagaimana mengembangkan diri dan mengembangkan dunia pendidikan.

Begitu juga dalam hal sertifikasi guru yang memiliki mindset tumbuh dia akan menjadikan PPG itu sebagai ladang atau ajang untuk belajar belajar dan belajar untuk memperkaya ilmu pada dirinya Jadi apa yang ia dapat di PPG ia akan menerapkan di dalam dunia pendidikan karena dia bertujuan mengikuti PPG untuk belajar, Adapun ketiga Ia mendapat tunjangan itu adalah bonusnya.

Berbeda dengan guru yang memiliki mindset tetap, orientasi awal ketika dia mengikuti PPG adalah bagaimana ia bisa mendapatkan tunjangan profesi, guru dengan mindset tumbuh bukan berarti tidak membutuhkan uang atau tidak membutuhkan tunjangan tetapi ia akan berpikir kepada orientasi awalnya, pendidikan profesi guru menjadikan dia harus belajar,belajar dan belajar.

tetapi bagi guru bermainset tetap maka akan menganggap PPG itu adalah cara bagaimana dia mendapatkan tunjangan, sehingga ketika dia selesai PPG, mendapat sertifikasi, selesai, dia tidak ada keinginan lagi untuk mengembangkan dirinya lebih jauh. Kenapa demikian? karena pola pikirnya tetap.

Ini yang perlu digarisbawahi, bahwa seberapa pun hebatnya sebuah kurikulum ketika aktor pendidikannya, guru dan siswanya itu bermainset tetap, maka itu tidak akan membuat perubahan yang bagus di dalam dunia pendidikan kita. mari kita membangun atau menumbuhkan mindset atau pola pikir kita, merubah pola pikir kita.

Pola pikir itu bisa dirubah, pola pikir itu bukan bawaan dan tidak bisa berubah. pola pikir itu bisa berubah ketika kita mempunyai kemauan untuk belajar maka pola pikir kita yang fixed, yang tetap itu bisa kita rubah menjadi pola pikir yang tumbuh.

Nah ini bisa terjadi ketika gurunya semua sudah mempunyai mindset atau pola pikir tumbuh. Tinggal bagaimana menerapkan di dalam dunia pendidikan. Bagaimana guru bisa mentransfer kepada siswanya supaya menjadi peserta didik dengan pola pikir atau mindset yang tumbuh. kalau guru dan siswanya sudah memiliki pola pikir yang tumbuh, Saya yakin dunia pendidikan kita akan menjadi dunia pendidikan yang sangat luar biasa dan saya yakin 2045 kita benar-benar akan menjadi negara dengan generasi emas.

Mari kita belajar bagaimana bisa merubah pola pikir kita sebagai seorang guru. jadi, kurikulumnya mau model apapun ketika pola pikir kita tumbuh, ketika pola pikir kita maju maka pendidikan kita akan berubah dan mampu menghasilkan generasi yang tangguh, hebat, kreatif dan inovatif. terima kasih. salam satu hati .